Kamis, 09 Desember 2010

Pertemuan Pertama Amira


Di sebuah toko buku 2 setengah tahun yang lalu...

Amira mengendap-ngendap tertunduk mengelilingi lorong-lorong lemari buku. Hanya tertarik mencari sebuah buku yang ia cari-cari dan ia inginkan sejak lama. Amira berencana untuk memberikan hadiah ke seorang teman sebuah buku berjudul “Pemuda yang Dirindukan Surga”. Dalam hati ia berdoa, semoga buku itu bermanfaat untuknya kelak, dan menjadi bagian dari “Pemuda yang Dirindukan Surga”. Sambil manyun, tersenyum, manyun lagi, kebiasaan yang memang selalu di lakukannya -memunculkan ekspresi wajah lucunya. Menjentik-jentikkan tangannya di tumpukan buku novel yang di lewatinya. Atau mencari-cari sosok Kak Rion- yang meminta Amira mengantarnya ke toko buku “kebetulan sekali” gumam Amira-. Kak Rion ngeloyor di bagian buku bisnis di pojok toko buku; sedang tertarik dengan bisnis atau usaha mandiri. Amira sebentar-sebentar melirik keluar jendela yang sedang hujan di sana. Kemudian matanya melirik talkshow yang di adakan di sana.

Setelah berkeliling setengah jam, ia belum juga menemukan buku tersebut, memang sudah agak lama dia melihat buku itu, dan baru hari ini sempat mencarinya. Mungkin sudah tidak ada. Pikirnya. Ia berpindah ke bagian tengah buku-buku islami. Meneliti setiap buku yang berjejer rapih di hadapannya. Dan berharap tatapannya tak melesetkan buku yang ia cari-cari sedari tadi. Akhirnya ia menemukan buku tsb. Setengah berjongkok, mengambil buku yang masih rapih terbungkus plastik. Buku itu berisi tentang kisah-kisah para pemuda yang merindukan surga. Dan lebih menyenangkan lagi. Mereka yang di rindukan surga. Subhanallah..

Amira memegang buku itu sambil tersenyum, dan terus mendoakan agar si penerima buku bisa menjadi orang yang seperti dalam buku ini. Walau amira tidak membuka dan membaca isinya. Judulnya saja sudah menyampaikan maksud dari isi buku. Begitu pikirnya. Sedikit penasaran sih si Amira. Tapi Amira pikir. Gampanglah, nantikan bisa pinjam. Hehe. Lho??

Amira kembali mencari cari. Kali ini Kak Rion yang dicari gak keliatan batang hidungnya. Ternyata yang di cari lagi jongkok ketutupan rak buku. Kak Rion masih sibuk dengan bukunya. Memanfaatkan waktu, Amira berkeliling kembali ke pojok novel islami. Sambil melirik talkshow -yang sedari tadi berlangsung sebelum Amira datang ke toko buku- mendatangkan penulis blog yang tulisannya dibukukan. Raditya Dika. Penulis kambing jantan lagi berkoar-koar menceritakan sedikit kisah kocaknya sambil mempermosikan buku terbarunya. "Babi Ngesot".

Suasana semakin riuh ketika sampai pada sesi tanya jawab dan tanda tangan. Samar terdengar pertanyaan-pertanyaan “kenapa kok bisa keluar imajinasi ato pemikiran2 kocak ? atau kejadian-kejadian gila? Bla bla bla” wew. Penonton tertawa. Amira hanya berhenti sejenak memperhatikan dari kejauhan. Tak tertarik. Dan kembali keliling melihat-lihat novel. Sekelebat ia melihat buku berjudul “Hafalan Shalat Delisa” diambilnya buku tersebut. Cover depannya memajang foto anak kecil menggunakan mukena putih. Di baliknya buku tersebut. Giliran cover belakangnya di baca. Buku yang menceritakan seorang gadis kecil usia 6 tahun pada masa sebelum dan sesudah tsunami. Amira sedikit tidak tertarik. Di letakkannya kembali buku itu. Sesaat sebelum Kak Rion menepuknya. “ayo pulang”

Amira mengantri di kasir membawa buku Pemuda yang Diindukan Surga dan buku usaha ternak ikan lele pilihan Kak Rion. Kak Rion memang lagi giat giatnya mempelajari bisnis mandiri di samping keadaan ekonomi yang terus memprihatinkan dan menjadi karyawan tidak menjanjikan. Dan semoga dari buku itu bisa menambah pengetahuannya.

Sambil mengantri, Amira melepaskan pandangannya mengelilingi ruangan besar toko buku. Orang-orang sedang beramai-ramai datang ke toko tersebut. Semua dengan tujuan sendiri-sendiri. Ada yang sibuk mencari buku anak. Ada yang sekedar numpang baca buku gratis. Ada yang pengen ketemu Raditya Dika. Dan banyak lagi. Amira menggigit bibir bawahnya. –kebiasaan-. Pandangannya terhenti pada pojok kanan kasir, ada yang terpajang di dinding seperti majalah dinding. Ternyata tempelan foto-foto yang di susun apik yang di dalamnya ada Andrea Hirata yang baru aja mampir beberapa waktu lalu bersama para karyawan toko buku yang nyengir-nyengir kegirangan berfoto bareng penulis yang pada saat itu satu buku nya sudah di filmkan ke layar lebar. Amira membayangkan foto yang sama Raditya Dika bakal terpampang beberapa hari lagi menggantikan posisi Andrea Hirata. Bersama para karyawan yang nyengir-nyengir kegirangan.

Amira mengeluarkan uang hasil mengumpulkan beberapa bulan untuk membeli buku itu. Kemudian mereka melesat keluar ruangan, menuju parkiran lantai bawah. Dan bersiap pulang. Hujan di luar masih menyisakan gerimis.....

To be continue..

1 komentar:

  1. Waaaw...
    Ada serial Amira...
    Ayoooou di tunggu cerita selanjutnya...
    ^_^



    bebhe

    BalasHapus